Jumat, 25 Maret 2011

MERANCANG IT GOVERNANCE DENGAN COBIT & SARBANES-OXLEY DALAM KONTEKS BUDAYA INDONESIA

Diposting oleh Windy Indriani Riady di 01.29

RESUME ARTIKEL
Nama : Windy Indriani Riady
Prodi : S1 Akuntansi
Kelas : B
Semester : II
Josua Tarigan, josuat@petra.ac.id
Universitas Kristen Petra
Siwalankerto 121-131 Surabaya

Dalam Sarbanex-Oxley Act diatur tentang Akuntansi, pengungkapan dan pembaharuan tatakelola, yang mensyaratkan adanya
pengungkapan yang lebih banyak mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai
manajemen, kode etik bagi pejabat di bidang keuangan, pembatasan kompensasi ekskutif dan pembentukan komite
audit yang independen.
COBIT & Sarbanex-Oxley merupakan tools yang telah banyak diterapkan dalam konteks dunia eropa dan negara
lain diluar asia. Dalam konteks Asia, khususnya Indonesia banyak faktor yang perlu diperhatikan, khususnya faktor
psikologis masyarakat yang ada, yakni faktor budaya.
IT GOVERNANCE
1.1. Merancang IT Governance dengan Sarbanes-
Oxley
Survei yang dilakukan oleh PriceWaterhouseCoopers terhadap investor-investor internasional di Asia, menunjukkan bahwa Indonesia dinilai sebagai salah satu yang terburuk dalam bidang standar-standar akuntansi dan pertanggungjawaban terhadap pemegang saham, standar-standar pengungkapan dan transparansi serta proses-proses kepengurusan.
Pada saat ini di Indonesia, memang tidak memiliki undang-undang yang mengatur industry audit sekomprehensif Sarbanes-Oxley, namun beberapa peraturan yang secara terpisah dikeluarkan IAI, Bank Indonesia dan BAPEPAM memiliki beberapa kesamaan dengan komponen dari Sarbanes- Oxley, walaupun terkesan terpisah-pisah (Muntoro:
2006). Peningkatan transparansi menuju tatakelola yang baik dengan Sarbanes-Oxley memang sesuatu yang tidak dapat disangkal, namun hal yang tidak dapat dipungkiri jika terdapat beberapa kendala ketika Indonesia akan mencoba mengadopsi Sarbanes- Oxley.
1.2. Merancang IT Governance dengan COBIT
Sarbanes-Oxley
Act mewajibkan eksekutif perusahaan menyatakan pertanggung-jawaban mereka dalam membangun, mengevaluasi dan memonitor efektifitas system pengendalian intern dimana fungsi TI sangat signifikan untuk mencapai tujuan ini. Dalam hal ini dapat disimpulkan dalam tatakelola yang baik, paranan IT Governance (tatakelola TI) merupakan hal yang sangat penting, dalam konteks organisasi bisnis yang berkembang kebutuhan akan TI bukan merupakan barang yang langka. COBIT (control objective for information and related technology) dapat digunakan sebagai tools yang digunakan untuk mengefektifkan implementasi IT Governance, yakni sebagai management guideline dengan menerapkan seluruh domain yang terdapat dalam COBIT, yakni planningorganization (PO), acquisition-implementation (AI), Delivery-support (DS) dan Monitoring (M)
PENERAPAN SARBANES-OXLEY DAN
COBIT DALAM KONTEKS BUDAYA
INDONESIA
2.1. The Corporate Reporting Supply Chain
Konsep dari “the corporate reporting supply chain” sebuah model yang menggambarkan proses pembuatan laporan keuangan, hingga penggunaan laporan tersebut untuk pengambilan keputusan.

2.2. Faktor Budaya dalam IT Governance
Ketika berbicara IT Governance dalam konteks budaya Indonesia, maka pola pikir yang digunakan dalam pembahasan adalah pola pikir budaya lembaga organisasi, baik organisasi profit maupun organisasi
non-profit. Kondisi ini menjadi perhatian yang cukup signifikan ketika sebuah organisasi mengimplementasikan Sarbanes-Oxley dan COBIT dalam konteks budaya Indonesia.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar

 

Template Copy by Blogger Templates | BERITA_wongANteng |MASTER SEO |FREE BLOG TEMPLATES